Pada tahun 1975 dengan bangunan sederhana yang terletak di antara Gelanggang Samudra dan Gelanggang Renang dimulailah kegaiatan Pasar Seni yang berlangsung selama tiga hari kemudian menjadi tujuh hari setiap bulan.
Setelah terbukti bahwa Pasar Seni memiliki daya tarik yang makin meningkat baik bagi para pengunjung maupun para seniman sendiri, maka dibangunlah sebuah kompleks permanen untuk menampung kegiatan para seniman dan pengrajin tersebut. Sejak Desember 1977, setelah diresmikan oleh Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta, berpuluh – puluh seniman dan pengrajin dari seluruh pelosok tanah air secara bergilir menempati satu di antara 114 bangunan / kios di Pasar Seni. Toko – toko yang menjual berbagai macam barang dan restoran atau warung juga tersedia di Pasar Seni.
Di Area Terbuka pengunjung dapat menyaksikan acara – acara kesenian, baik tradisional maupun kontemporer, dalam suasana akrab dan santai.
Bagi para penggemar barang – barang kerajinan atau karya seni, Pasar Seni merupakan “surga” barang – barang souvenir; dari mainan yoyo sampai patung kayu, dari sketsa hingga lukisan serta barang – barang kulit, perak dan hasil kerjanin lainnya.
Dalam rangka turut menanamkan kesadaran masyarakat akan lingkugan hidup, Pasar Seni menyelenggarakan Pameran Seni Taman dan Arena Promosi serta Pameran dan Lomba Pohon Buah. Untuk menampung permintaan yang kian meningkat, Pasar Seni kini telah diperluas dengan penambahan beberapa kios lagi.
Pasar Seni I, diresmikan pada tanggal 17 Desember 1977, terus berkembang dengan pesat sehingga perlu diperluas untuk menampung berbagai kegiatan yang bersifat kreatif, edukatif maupun rekreatif.
Arena perluasan tersebut diresmikan pada tanggal 22 Agustus 1980 sebagai Pasar Seni II yang terdiri dari 97 bangunan dengan kegiatan utama berupa bengkel – bengkel, keramik, batik, ukiran, las, tenun serta kegiatan peragaan.
Sebuah bangunan berlantai dua GALERI JAYA ANCOL telah diresmikan pada tanggal 17 Februari 1984. Lantai bawah dari bangunan ini adalah sebuah “Jendela ke dunia ilmu pengetahuan”. Dengan alat – alat peraga yang tersedia diharapkan dapat merangsang minat pelajar / remaja untuk mengetahui dasar – dasar imu pengetahuan.
Sedangkan lantai atas dipergunakan untuk Ruang Pameran Seni Rupa, sebagai fasilitas bagi para Seniman untuk menggelar karyanya.
Selasa, 06 November 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar