Senin, 03 Desember 2007

World Music

Sewaktu saya pertama kali melihat musik Viky Sianipar, secara tak sengaja karena niatnya nonton launching album Sudjiwo Tedjo yang berjudul "Yaiyo", saya terkesima dan kagum dengan keindahan instrumen musik Indonesia yang dibawakannya dengan cara yang berbeda. Beberapa instrumen musik yang digunakan pun tidak saya kenal, namun mempunyai jenis bunyi yang unik.

Sebelumnya.
Dulu saya menyukai musik Djaduk Ferianto yang juga menggabungkan alat musik tradisional dengan alat musik modern. Malah semenjak kecil saya menyukainya, mungkin karena tinggal di kota yang sama d
an kental akan kegiatan keseniannya. Masih teringat sampai sekarang lagu "Menyanyi di Televisi" dan "Kopi Bu Sukopi"-nya Djaduk yang waktu itu nama bandnya, kalo tidak salah, Katebe. Bahkan bintang video klipnya pun saya masih inget. Didik Nini Thowok. Dan ditayangkan di TVRI Jogja. Djaduk menggabungkan irama keroncong dengan rasa rock yang lembut lewat gitar listrik dan drum-nya. Terkadang suara ukulele menimpali. Walaupun saya tak yakin dengan ingatan masa kecil saya itu, namun lagu-lagu itu sampai sekarang masih terngiang di kepala.

Saya tak tahu banyak tentang dunia permusikan. Membaca not aja saya kesusahan. Antara pentatonik dan diatonik
pun saya masih bingung. Namun saya juga terkagum-kagum saat Jaya Suprana, dalam sebuah acara di Jak-TV Jakarta, mendemonstrasikan dengan piano perbedaan antara intonasi musik dangdut, musik Sunda dan musik Jawa. Ai... betapa kayanya khasanah musik Indonesia ya!

***

Yang lebih mengagumkan lagi. Dan saya juga terkaget-kaget, setengah tak percaya. Aliran musik Indorock yang popul
er di Belanda lalu Eropa tahun 60'an diperkenalkan oleh putra-putra Indonesia. The Tielman Brothers nama grupnya. Asli Indonesia. Kebanyakan personelnya dari Maluku. Tapi memulai karir musiknya di Surabaya dan hijrah ke Belanda. Mereka menggabungkan musik keroncong yang terimbas juga budaya Portugis, dengan musik rock dan didominasi oleh permainan gitar yang mumpuni, maka lahirlah Indorock!

Hanya ironisnya. Jarang masyarakat Indon
esia yang mengetahuinya. Jauh sebelum Jimy Hendrix memainkan gitar dengan gaya yang memukau, The Tielman Brothers sudah memulainya lebih dulu. Bahkan permainan musik dan aksi panggung mereka yang enerjik menjadi trend baru di Eropa waktu itu! Mereka sudah memainkan gitar dengan kaki, gigi, memainkan gitar di belakang kepala bahkan dipukul dengan stick drum! Dan kabarnya, Sir Paul McCartney yang anggota The Beatles itu mengakui jika musiknya terinspirasi dari The Tielman Brothers (jika anda sudah mendengarkan musik The Tielman, pasti ada kemiripan dengan beberapa aransemen The Beatles atau di lagunya Elvis). Dan saat The Tielman melakukan konser di Jerman, Elvis Presley pun menyempatkan diri untuk hadir di sana.

***

Begitu kayanya khasanah musik Indonesi
a jika dieksplor. Digali. dan dikembangkan. Benih yang ditanam nenek moyang kita akan berkembang oleh anak-cucunya. Budaya tak pernah berhenti, dan sejarah tak pernah salah. Indonesia punya banyak budaya tinggi. Walau bangsa lain mengaku dirinya memilikinya, maka sejarah akan membenarkan dengan caranya.

Hal ini juga yang mengilhami untuk dibuatnya suatu event yang mengeksplor khasanah musik Indonesia. Tanggal 8 Desember 2007 ini, bertempat di Pasar Seni Ancol, musisi-musisi Indonesia akan
mengeksplor ragam musik tradisional. Inilah saatnya tradisionalisme bersatu dengan modernisme.

Dengan digawangi oleh Indra Lesmana,
Pra Budidharma, Gilang Ramadhan, Viky Sianipar, Balawan dengan Batuan Etchnic Fusion-nya, Nugie, Riza Arshad, Tohpati serta Nera mereka akan menunjukkan kekayaan musik Dunia dan Indonesia, khususnya. Tak lupa Shahnaz Haque dan Farid Shigeta akan memandu acara yang akan dimulai jam 7 malam itu.

Dunia begitu indah dengan iramanya.
Sayang jika acara ini sampai terlewatkan.
Paling tidak harus menunggu sampai tahun
depan untuk menikmatinya lagi.





1 komentar:

Anonim mengatakan...

Kira-kira Ancol World Music tahun ini ada (lagi) gak ya? Saya (mungkin jg para pecinta World Music yg lain juga) berharap sih ada lagi & terus ada, krn event bagus spt ini sayang sekali kalau tidak dilanjutkan. Seperti motto acara: Menanam Menumbuhkan Harapan, mari kita tanamkan kecintaan kita pada budaya negeri.

PIS
Core 2 Duo